" Rasulullah saw bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata BAIK atau DIAM. (Riwayat Bukhori dan Muslim)"
Sabtu, 25 Agustus 2012
ank iblis
Anak Iblis
Menjelang Maghrib, seorang kakek berjalan terbungkuk-bungkuk dengan tongkatnya menuju masjid. Beberapa kali ia hampir terjatuh kalau tidak disangga oleh tongkatnya. Menjelang sampai di gerbang masjid, kakek itu tersandung batu sehingga terhuyung-huyung ke depan. 'Untunglah' seorang pemuda dengan gesit memegang bahu sang kakek sehingga ia tidak sampai terjatuh. Dengan santunnya pemuda itu kemudian menuntun sang kakek sampai ke masjid.
Selesai shalat, sang kakek baru menyadari bahwa pemuda yang menuntunnya tidak turut shalat berjamaah. Dilihatnya sang pemuda sedang nongkrong di gerbang masjid tanpa mengerjakan apa pun.'Hei pemuda. Kamu sudah menolongku mendatangi shalat, tetapi mengapa kamu sendiri tidak shalat?' tanya sang kakek sambil menghampiri pemuda itu. 'Saya tidak mungkin shalat, Kek. Saya ini anak iblis...'
Sang kakek terperanjat, tetapi ia masih mencoba bertanya, 'Kalau kamu anak iblis, kenapa kamu berusaha menolongku ketika aku hampir terjatuh?'
'Ayahku sudah lama memperhatikanmu. Ia sangat marah karena setiap kali kamu terhuyung-huyung dilihatnya dosa-dosamu berguguran. Ketika kamu hampir jatuh, ayahku takut dosamu akan habis sama sekali, sehingga disuruhnya aku membantumu berjalan menuju masjid.'
[Kisah fiktif ini diilustrasikan oleh mas Kholili dalam sebuah kuliah Subuh di MBM]
Beberapa hikmah:
1. Kita sering merasa 'kejatuhan' sebagai musibah, padahal bisa jadi ia adalah 'penghapus dosa', sebagaimana disebutkan dalam al hadits.
2. Kita sering merasa 'keberuntungan' sebagai anugerah, padahal bisa jadi ia hanya untuk menyegerakan rahmat, sehingga di akhirat nanti kita tinggal mendapat siksa [na'udzubillaah]
3. Kita sering tidak tahu apa yang baik bagi kita dan apa yang buruk bagi kita, sehingga menyerah pada seluruh hukum Allah swt adalah hal yang paling baik kita lakukan.
4. Sampai saat ini iblis tidak merasa perlu menolong kita [mungkin] karena dosa kita sudah terlalu banyak, sehingga dirontokkan berapa pun masih banyak sisanya
....
Wallaahu a'lam bish shawab....
NB: Embun Taushiyah
Anak Iblis
Menjelang Maghrib, seorang kakek berjalan terbungkuk-bungkuk dengan tongkatnya menuju masjid. Beberapa kali ia hampir terjatuh kalau tidak disangga oleh tongkatnya. Menjelang sampai di gerbang masjid, kakek itu tersandung batu sehingga terhuyung-huyung ke depan. 'Untunglah' seorang pemuda dengan gesit memegang bahu sang kakek sehingga ia tidak sampai terjatuh. Dengan santunnya pemuda itu kemudian menuntun sang kakek sampai ke masjid.
Selesai shalat, sang kakek baru menyadari bahwa pemuda yang menuntunnya tidak turut shalat berjamaah. Dilihatnya sang pemuda sedang nongkrong di gerbang masjid tanpa mengerjakan apa pun.'Hei pemuda. Kamu sudah menolongku mendatangi shalat, tetapi mengapa kamu sendiri tidak shalat?' tanya sang kakek sambil menghampiri pemuda itu. 'Saya tidak mungkin shalat, Kek. Saya ini anak iblis...'
Sang kakek terperanjat, tetapi ia masih mencoba bertanya, 'Kalau kamu anak iblis, kenapa kamu berusaha menolongku ketika aku hampir terjatuh?'
'Ayahku sudah lama memperhatikanmu. Ia sangat marah karena setiap kali kamu terhuyung-huyung dilihatnya dosa-dosamu berguguran. Ketika kamu hampir jatuh, ayahku takut dosamu akan habis sama sekali, sehingga disuruhnya aku membantumu berjalan menuju masjid.'
[Kisah fiktif ini diilustrasikan oleh mas Kholili dalam sebuah kuliah Subuh di MBM]
Beberapa hikmah:
1. Kita sering merasa 'kejatuhan' sebagai musibah, padahal bisa jadi ia adalah 'penghapus dosa', sebagaimana disebutkan dalam al hadits.
2. Kita sering merasa 'keberuntungan' sebagai anugerah, padahal bisa jadi ia hanya untuk menyegerakan rahmat, sehingga di akhirat nanti kita tinggal mendapat siksa [na'udzubillaah]
3. Kita sering tidak tahu apa yang baik bagi kita dan apa yang buruk bagi kita, sehingga menyerah pada seluruh hukum Allah swt adalah hal yang paling baik kita lakukan.
4. Sampai saat ini iblis tidak merasa perlu menolong kita [mungkin] karena dosa kita sudah terlalu banyak, sehingga dirontokkan berapa pun masih banyak sisanya
....
Wallaahu a'lam bish shawab....
NB: Embun Taushiyah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar