" Rasulullah saw bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata BAIK atau DIAM. (Riwayat Bukhori dan Muslim)"
Selasa, 07 Agustus 2012
sabar ...y akhwat
Berharap mempunyai keluarga islami yang indah dan mempesona itu seperti fatamorgana. Malam termimpi dan siang terbayang
tapi kenyataan masih saja tidak mengubah status yang masih sendiri alias LAJANG.
Terpojok dengan keadaan dimana para sahabat dan sanak family yang sebaya
bahkan masih jauh lebih muda
sudah merasakan indahnya penyempurnaan separuh agama (menikah).
Ukhti engkau bukan satu- satunya yang mengalami hal ini,
diluar sana banyak muslimah yang solehah ratusan,
ribuan bahkan tidak terhitung juga berada dalam ruang penantian,
di antrian panjang menunggu dipinang.
Ada yang berikhtiar berkali – kali (Menulis biodata )untuk dijadikan proposal
dan berkali kali ta’aruf dan berkali kali juga menelan kecewa pahitnya kegagalan bahkan di usia yang tidak muda lagi 34 tahun
dia masih berusaha dan berhusnuzhon kepada Allah.
Adapula yang sudah merancang pernikahan bertahun tahun,
setelah hari H datang justru pernikahan itu batal.
Bukan soal layak atau tidaknya menikah,
sebab mereka sangat layak. Berwawasan, berkepribadian punya komitmen
dan tidak menuntut banyak dan terutama soleha.
Dalam banyak hal mereka sungguh-sungguh telah siap lahir batin.
Juga bukan soal laku atau tidak, sebab mereka BUKAN barang dagangan.
Meski sama pada tingkat penampakan yang sama,
sama-sama tidak memiliki pasangan,
ada perbedaan mendasar antara orang-orang yang menolak menikah dengan orang yang belum menikah.
Atas nama apapun.
Yang satu telah menentang fitrah dan sunnah Rasul-NYA.
Sedangkan yang lain, memang sedang 'diuji' imannya.
Teringat pengalaman seorang ukhti yang selalu di lamar banyak laki-laki
membuat ukthi tersebut sangat tidak nyaman
karna harus menolak pinangan setiap laki-laki yang datang.
Ada beban yang tidak semua orang tau .
Meskipun banyak yang menanggapi
betapa beruntungnya dia disukai banyak laki-laki
dan tidak sedikit juga yang berkomentar
betapa angkuhnya dia menolak lamaran laki-laki
bahkan tak jarang sumpah serapah dari orang2 yang kontra
menjadi pil pahit dari setiap keputusan penolakannya.
bukan ia menolak untuk menikah,
akan tetapi Kesendirian mereka
justru karena keinginan menikah dalam arti yang sesungguhnya.
Bukan sekedar kawin dengan lawan jenis.
Menikah untuk membangun pondasi ibadah yang lebih kokoh dan mendapat ridho Allah. Dan itu hanya mungkin terjadi bila suami-suami mereka adalah hamba-hamba yang 'sampai' pemahaman maupun amalnya pada tingkatan 'imam'.
Sebab menikah menjadi pertaruhan dan mereka tidak ingin menghancurkan benteng pertahanan mereka sendiri.
Menikah haruslah menjadikan segala perkara yang mengandung ibadah lebih baik, kualitas dan kuantitasnya.
Bukan malah menjadi awal kehancuran akidah dan ibadah mereka.
Dan ketika lelaki seperti ini menjadi mahluk langka atau ada dalam jumlah terbatas, bersusah payah mereka mempertahankan huznuzhan mereka kepada Allah
di tengah pandangan sinis dan melecehkan.
Mereka bukannya jual mahal atau mempersulit diri,
namun tidak mungkin rasanya menukar nikmat iman
kepada laki-laki tanpa kriteria,
tanpa konsep hidup yang jelas.
Bagaimanapun mereka tidak ingin menghargai murah keyakinan mereka.
Ini adalah pertempuran melawan hawa nafsu dan keinginan 'dimiliki'.
Pertempuran melawan nurani yang sering menjerit atau naluri menjadi ibu yang memang milik mereka.
Mereka berjuang sendirian sebab orang lain tidak akan pernah merasakan kepedihan mereka.
Mereka tabah dan tidak ingin semua pengorbanan ini menjadi abu,
Alangkah beratnya!!!
Dalam kesendirian,
mereka adalah pahlawan.
Dalam renungan dan tangisan,
mereka adalah manusia perkasa.
Banyak diantara mereka berjuang dengan kesendiriannya
berpuasa untuk menahan syahwat,
menjaga pandangan saat kontak mata
adalah sebuah kebiasaan yang berat dihilangkan,
membatasi pergaulan dengan lawan jenis padahal dia butuh perlindungan dan butuh sosialisasi
tapi itu semua ia tampikkan demi menjadi calon istri yang soleha
meski Allah belum tunjukkan tanda2 keberadaan jodohnya,
dan itu semua tidak mudah di jaman yang era modern ini.
Ukhti bila telah datang waktunya.Pasti Allah akan pertemukan engkau dengannya
Jangan pernah khawatir tidak mendapatkan jodoh
Bukankah Allah telah berjanji dalam kalamnya bahwa kalian diciptakan berpasang2an
٤٥. وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.(An najm;45 )
Biarkan kesempatan menjadi mujahid(ah) menghampiri
Memendam impian yang hanya Allah yang tau
Apakah kiranya dia yang selalu muncul
Dalam doa di malam-malam istikharah
Allah jodohkan?
pasrahrah dalam setiap doa
Jikalau Allah takdirkan berjodoh
Pasti ada pertemuan dalam Mahligai
Jika tidak berjodoh
Bersyukurlah pernah memendamnya ^_^
[note ini terinspirasi dari article Ar Risalah ^_^ ]
Elram.dzikro.blogspot.com
Berharap mempunyai keluarga islami yang indah dan mempesona itu seperti fatamorgana. Malam termimpi dan siang terbayang
tapi kenyataan masih saja tidak mengubah status yang masih sendiri alias LAJANG.
Terpojok dengan keadaan dimana para sahabat dan sanak family yang sebaya
bahkan masih jauh lebih muda
sudah merasakan indahnya penyempurnaan separuh agama (menikah).
Ukhti engkau bukan satu- satunya yang mengalami hal ini,
diluar sana banyak muslimah yang solehah ratusan,
ribuan bahkan tidak terhitung juga berada dalam ruang penantian,
di antrian panjang menunggu dipinang.
Ada yang berikhtiar berkali – kali (Menulis biodata )untuk dijadikan proposal
dan berkali kali ta’aruf dan berkali kali juga menelan kecewa pahitnya kegagalan bahkan di usia yang tidak muda lagi 34 tahun
dia masih berusaha dan berhusnuzhon kepada Allah.
Adapula yang sudah merancang pernikahan bertahun tahun,
setelah hari H datang justru pernikahan itu batal.
Bukan soal layak atau tidaknya menikah,
sebab mereka sangat layak. Berwawasan, berkepribadian punya komitmen
dan tidak menuntut banyak dan terutama soleha.
Dalam banyak hal mereka sungguh-sungguh telah siap lahir batin.
Juga bukan soal laku atau tidak, sebab mereka BUKAN barang dagangan.
Meski sama pada tingkat penampakan yang sama,
sama-sama tidak memiliki pasangan,
ada perbedaan mendasar antara orang-orang yang menolak menikah dengan orang yang belum menikah.
Atas nama apapun.
Yang satu telah menentang fitrah dan sunnah Rasul-NYA.
Sedangkan yang lain, memang sedang 'diuji' imannya.
Teringat pengalaman seorang ukhti yang selalu di lamar banyak laki-laki
membuat ukthi tersebut sangat tidak nyaman
karna harus menolak pinangan setiap laki-laki yang datang.
Ada beban yang tidak semua orang tau .
Meskipun banyak yang menanggapi
betapa beruntungnya dia disukai banyak laki-laki
dan tidak sedikit juga yang berkomentar
betapa angkuhnya dia menolak lamaran laki-laki
bahkan tak jarang sumpah serapah dari orang2 yang kontra
menjadi pil pahit dari setiap keputusan penolakannya.
bukan ia menolak untuk menikah,
akan tetapi Kesendirian mereka
justru karena keinginan menikah dalam arti yang sesungguhnya.
Bukan sekedar kawin dengan lawan jenis.
Menikah untuk membangun pondasi ibadah yang lebih kokoh dan mendapat ridho Allah. Dan itu hanya mungkin terjadi bila suami-suami mereka adalah hamba-hamba yang 'sampai' pemahaman maupun amalnya pada tingkatan 'imam'.
Sebab menikah menjadi pertaruhan dan mereka tidak ingin menghancurkan benteng pertahanan mereka sendiri.
Menikah haruslah menjadikan segala perkara yang mengandung ibadah lebih baik, kualitas dan kuantitasnya.
Bukan malah menjadi awal kehancuran akidah dan ibadah mereka.
Dan ketika lelaki seperti ini menjadi mahluk langka atau ada dalam jumlah terbatas, bersusah payah mereka mempertahankan huznuzhan mereka kepada Allah
di tengah pandangan sinis dan melecehkan.
Mereka bukannya jual mahal atau mempersulit diri,
namun tidak mungkin rasanya menukar nikmat iman
kepada laki-laki tanpa kriteria,
tanpa konsep hidup yang jelas.
Bagaimanapun mereka tidak ingin menghargai murah keyakinan mereka.
Ini adalah pertempuran melawan hawa nafsu dan keinginan 'dimiliki'.
Pertempuran melawan nurani yang sering menjerit atau naluri menjadi ibu yang memang milik mereka.
Mereka berjuang sendirian sebab orang lain tidak akan pernah merasakan kepedihan mereka.
Mereka tabah dan tidak ingin semua pengorbanan ini menjadi abu,
Alangkah beratnya!!!
Dalam kesendirian,
mereka adalah pahlawan.
Dalam renungan dan tangisan,
mereka adalah manusia perkasa.
Banyak diantara mereka berjuang dengan kesendiriannya
berpuasa untuk menahan syahwat,
menjaga pandangan saat kontak mata
adalah sebuah kebiasaan yang berat dihilangkan,
membatasi pergaulan dengan lawan jenis padahal dia butuh perlindungan dan butuh sosialisasi
tapi itu semua ia tampikkan demi menjadi calon istri yang soleha
meski Allah belum tunjukkan tanda2 keberadaan jodohnya,
dan itu semua tidak mudah di jaman yang era modern ini.
Ukhti bila telah datang waktunya.Pasti Allah akan pertemukan engkau dengannya
Jangan pernah khawatir tidak mendapatkan jodoh
Bukankah Allah telah berjanji dalam kalamnya bahwa kalian diciptakan berpasang2an
٤٥. وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.(An najm;45 )
Biarkan kesempatan menjadi mujahid(ah) menghampiri
Memendam impian yang hanya Allah yang tau
Apakah kiranya dia yang selalu muncul
Dalam doa di malam-malam istikharah
Allah jodohkan?
pasrahrah dalam setiap doa
Jikalau Allah takdirkan berjodoh
Pasti ada pertemuan dalam Mahligai
Jika tidak berjodoh
Bersyukurlah pernah memendamnya ^_^
[note ini terinspirasi dari article Ar Risalah ^_^ ]
Elram.dzikro.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar